ASUS VivoBook 15 A516, ini Laptop Impian Saya!


"Mas Koko, Ibu saiki mpun seneng. Atine mpun ayem"
"Mas Koko, Ibu udah bahagia sekarang. Hatinya udah tenang"


Ibu melihat saya sambil tersenyum. Jarang sekali melihat Ibu senyum sebahagia ini. Semenjak satu tahun pergi dari rumah Bapak, kami merasa ayem tentrem (hatinya lebih bahagia). Rasanya menjalani hari-hari lebih enteng. Kami sering tersenyum, saling becanda, dan juga merasa aman karena tidak ada lagi piring ataupun barang melayang.

Ada kalanya sebuah hubungan tidak bisa dipertahankan, bahkan yang bertahan selama 24 tahun sekalipun. Begitulah yang terjadi dengan Bapak dan Ibu. Selama ini Ibu lebih memilih diam, merasakan sakit hatinya sendirian. Ibu, Adik dan Saya sering mendapat perlakuan kasar, semena-mena, dan yang tidak seharusnya oleh sosok pemimpin keluarga kami. Kami bertiga hanya Nrimo ing pandum. Menerima apapun itu, bahkan memar-memar di sekujur badan rela kami tahan. 

Ibu tidak pernah cerita kepada siapapun, kecuali kepada saya dan Adik. Saudara, bahkan tetangga sebelah rumah tidak pernah tahu tentang ini. Ibu terlalu takut untuk berbicara, karena semua serba dibungkam. Apa-apa tidak boleh. Ibu mengalami tekanan batin setiap hari, namun bertahan demi Adik dan saya. Kami pikir, hidup harus pasrah dan berserah diri dengan keadaan.

Sampai akhirnya saya merasa cukup. Tidak mau lagi hidup dengan bayang-bayang ketakutan. Tidak mau dibelenggu oleh orang yang tidak punya hati dan pikiran. Setahun lalu, saya mengambil keputusan yang berat : membawa Ibu dan Adik pergi dari rumah.

Sebelumnya, diam-diam saya menceritakan semuanya dengan keluarga besar dari Ibu dan sahabat-sahabat saya. Mereka semua terkejut dan tidak percaya. Lalu mereka memberi tahu untuk menyimpan bukti kekerasan, saksi dan alasan. Dan wejangan setelah kami pergi dari rumah Bapak. Namun mereka sama-sama sepakat: secepatnya pergi sebelum terlambat. Biarlah omongan tetangga seperti apa, suatu hari kebenaran akan terungkap dengan sendirinya.

Jauh-jauh hari pun, saya sempat mencari-cari rumah kontrakan yang nyaman bagi kami bertiga. Juga mencari yang lokasinya jauh dari rumah Bapak. Gusti Allah paring dalan. Saya menemukan sebuah rumah kontrakan yang cocok; lingkungan aman, rumah nyaman dan harga sesuai kemampuan saya.

Tepat tanggal 15 April 2020, Saya memberanikan diri datang ke rumah Bapak bersama dengan keluarga Ibu saya untuk menjemput Ibu dan Adik. Kami berdiskusi panjang lebar sampai mendapat keputusan akhir; Ibu ingin pergi dan cerai. Kami mengemasi semua barang-barang, dan pamit secara baik-baik.

Itulah momen paling bersejarah bagi kami. Hari itu, kami memulai hidup baru. Untuk pertama kalinya, kami bertiga bisa bernapas lega. Seperti ada lilitan tali di leher yang mencekik, seketika lepas tanpa sisa. Rasanya seperti mimpi yang terkabul.



Hal paling berat setelahnya adalah menjadi seorang pengganti Bapak. Sebagai anak laki-laki pertama di keluarga, saya harus menggantikan sosok Bapak. Mengurus berkas-berkas di rumah Pak RT, kelurahan sampai kecamatan. Membetulkan peralon, keran kamar mandi, kabel listrik dan segala tetek-bengek kebutuhan rumah. Ikut kerja bakti setiap hari minggu bareng Bapak-Bapak setempat, juga arisannya. Bahkan, saya ikut ronda malam bareng mereka sembari menyeduh kopi hitam pahit. (saya pun baru tahu tentang jokes Bapak-Bapak ternyata memang ada).

Bohong rasanya kalau setahun ini berjalan baik-baik saja. Terkadang ada momen saat saya sendirian di kamar sambil menangis. Campur aduk; sedih, marah, senang, bahkan frustasi. Sempat terbesit pikiran mengapa di umur dua-empat tahun, hidup saya terasa berat? Tidak seperti teman-teman sepantaran yang sudah hidup enak? Lalu saya geleng-gelengkan kepala cepat, mencoba menghilangkan pikiran itu.


Gusti Allah paring pitedah bisa lewat bungah, bisa lewat susah. Tuhan memberikan petunjuk bisa melalui bahagia, atau derita. Mungkin harus seperti ini yang saya lewati, biar saya bisa jadi manusia yang lebih kuat dan lebih bersyukur.

Lagi-lagi saya terdiam. Setiap punya pikiran ingin menyerah, saya selalu ingat ekspresi Ibu dan Adik ketika pertama kali pindah ke rumah kontrakan. Senyum sumringah mereka sudah cukup mengobati kesedihan saya. Saya berjanji akan selalu membahagiakan mereka.



Pernah dengar nggak, kalau kita melakukan suatu hal dengan tulus untuk seseorang terutama seorang Ibu, maka Gusti Allah akan memudahkan segala urusan termasuk rejeki kita? Itulah yang tengah saya rasakan sekarang. Tahun 2020 status pekerjaan saya harus diberhentikan karena alasan pandemi. Meskipun saya punya cukup tabungan, namun saya harus tetap bekerja sebagai tulang punggung keluarga, agar keluarga kecil kami hidup berkecukupan.

Setelah kami pindah kontrakan baru, seminggu kemudian saya mendapat telepon dari seorang guru di sebuah sekolah swasta saya tinggal. Kebetulan guru ini adalah mantan guru sewaktu saya sekolah di SMK dulu. Beliau menawari saya untuk menjadi staff admin di sekolah swasta tersebut.

Sebagai informasi, saya adalah lulusan murid terbaik di sebuah SMK Swasta di tempat saya tinggal. Dulu saya siswa berprestasi. Saya ketua OSIS, dan juga seorang atlet Aeromodelling. Bahkan pernah menjuarai Porprov (Pekan Olahraga Provinsi) Provinsi Jateng Cabang Olahraga Aeromodelling pada tahun 2013. Cukup dikatakan murid kesayangan guru-guru pada masanya.

Tentu tawaran itu saya terima dengan baik. Setelahnya, saya bekerja sebagai staff admin di sekolah swasta sampai sekarang. Saya dipercaya untuk mengurus media sosial, membuat konten-konten, mengurus website, serta beberapa kali melakukan pelatihan digital marketing.

Selang beberapa minggu kemudian, saya mendapat tawaran dari sebuah agensi digital di Tangerang. Saya dan tim saya mendapat kontrak kerja selama 2 tahun untuk menjadi social media specialist (mengurus editorial plan sosmed dan membuat konten). Tanpa pikir, saya langsung meng-iyakan tawaran itu.

Pagi sampai siang saya bekerja sebagai admin di sekolah, lalu siang sampai malam bekerja remote di rumah. Awalnya capek, namun lama-kelamaan sudah terbiasa. Ternyata bekerja kalau dikerjakan dengan sepenuh hati dan tulus, rasanya jauh lebih enteng.

Sementara itu Ibu ikut andil mencari pundi-pundi. Dengan ketrampilan membuat makanan ringan, Ibu berjualan rempeyek, tape ketan manis, juga beberapa kue kering (sesuai pesanan). Alhamdulillah, terjual laris manis. Saya tak henti-hentinya mengucap Alhamdulillah. Rasa-rasanya kami selalu diberi kemudahan dan rejeki yang datang dengan cara yang tak terduga.

Sejak pindah, adik saya yang baru kelas 2 SMP bisa konsentrasi dan belajar dengan tenang. Nilai-nilai yang didapat juga meningkat pesat dari sebelumnya. Saya menaruh harapan besar kepada Adik, agar kedepannya punya pendidikan yang lebih tinggi dan lancar, tidak seperti saya dulu yang terhambat dengan kondisi yang tidak mendukung.

Dulu, rasanya lingkungan dan perkembangan ketika saya remaja tidak begitu mendukung. Saat itu, saya hanyalah remaja yang tinggal di desa, dan tidak ada pikiran sama sekali tentang masa depan. Beruntung, saya lebih melek digital dibanding teman-teman sepantaran di tempat saya tinggal. Saya belajar banyak, termasuk berkecimpungan di dunia digital dan bekerja di dalamnya. 

Berbicara tentang pekerjaan, saya ingin berterima kasih sebesar-besarnya kepada laptop yang selama ini setia menemani. Berkat laptop yang saya pakai sampai sekarang, saya bisa bekerja dan mencari penghasilan. Laptop sejati ini juga telah menjadi saksi bisu perjuangan saya sampai di titik ini.



Perkenalkan namanya si Putih, alias ASUS X452E. Laptop ini menemani saya dari tahun 2013, kalau dihitung genap delapan tahun lamanya kami bersama. Terbilang jadul, dengan spesifikasi yang sedang-sedang saja. Namun soal ketahanan, ASUS perlu diacungi jempol. Sampai sekarang saya masih aktif memakai laptop jadul ini, meskipun beberapa kali sempat emosi karena tiba-tiba hang atau not responding.


Banyak sekali memori bersama si Putih. Dulu, ketika saya mengikuti perlombaan dan mendapat juara, hadiah berupa uang tunai saya kumpulkan sampai akhirnya cukup untuk meminang si Putih. Butuh perjuangan memang, apalagi sebuah laptop di kampung saya rasanya seperti barang yang mewah dan susah dibeli.

Prosesor si Putih masih memakai AMD E1 dan RAM DDR3 sebesar 2GB. Ketika dipakai kerja, saya harus memakai software dengan versi terendah agar berjalan mulus di laptop ini. Browser, adobe, dan coreldraw saya setting paling rendah. Terbukti ampuh, namun kadang kerjaan jadi terhambat. Kalau sedang butuh kerja cepat, biasanya pinjam atau sewa laptop teman.

Laptop ini juga menemani kuliah selama empat tahun, sampai proses mengerjakan skripsi sekarang. Betul, saya masih berstatus mahasiswa di sebuah Universitas di Semarang. Sudah memasuki semester akhir, dan tahap pengerjaan skripsi. Sempat beberapa waktu cuti karena mengurus kepindahan, namun sekarang fokus kembali mengerjakan skripsi. Siapapun yang baca ini, doakan saya lancar sampai lulus. Aamiin!


Dari si Putih saya belajar kalau yang namanya sudah sayang, mau cari penggantinya rasanya susah. Sekalinya nyaman, susah untuk dilepas sampai kapanpun, karena dia selalu ada menemani kita.



Akhirnya saya menyerah dan berpaling dari si Putih, karena menemukan alasan jatuh cinta yang baru: ASUS VivoBook 15 A516. Laptop ini punya segalanya yang saya butuhkan! Bahkan, dalam hati berkata, ini laptop idaman saya selama ini! Apa saja alasannya? Silahkan lanjut membaca.


Terbiasa dengan laptop berukuran 14 inci dan resolusi belum HD, saya membayangkan memakai ASUS VivoBook 15 A516 ini memuaskan mata sekali. Karena layarnya terbentang 15,6 inci dengan resolusi FHD (Full High Definition). Layar seluas ini dengan tipe warna tajam, pastilah visual yang ditampilkan jauh lebih bagus.

Menariknya bukan di situ saja, berkat teknologi Display NanoEdge, alias ketebalan pinggir layarnya sempit (bezel-less), maka layar seluas 15,6 inci terlihat seperti laptop yang berukuran 14 inci. Perbandingan rasio layar ke body sebesar 83%.

Belum lagi ketika saya berada di posisi miring, layar masih terlihat jelas karena teknologi sudut pandang sampai 178 derajat! Layarnya juga sudah dilapisi anti silau. Mau dibawa ke luar ruangan tidak menjadi masalah.

Saya jadi teringat hobi Ibu di Rumah. Ibu suka menonton sinetron “Ikatan Cinta” di smartphone-nya (belum ada TV di rumah kontrakan) setiap malam, tanpa absen. Ibu sangat suka dengan tokoh andin. Saya jadi membayangkan ketika pulang kerja, kami bertiga duduk di ruang tamu sambil menonton sinetron bersama di laptop selebar 15,6 inci dan setajam Full HD. Tak terbayang puasnya Ibu melihat Andin secara jelas! 


Memang harus penuh kesabaran jika bekerja dengan si Putih. Jangan salah, dia masih terawat dengan baik, namun rasanya untuk spesifikasi mesin sudah ketinggalan jaman. Apalagi untuk menjalankan software versi terbaru.

Itulah mengapa saya suka dengan ASUS VivoBook 15 a516. Laptop ini sudah memakai Prosesor Intel® Core™ i5 generasi ke-10. Intel generasi ini terkenal punya performa yang jauh lebih kencang, namun pemakaian daya yang hemat dari pendahulunya.

Apalagi ditambah VGA Nvidia MX330, kartu grafis terbaik di kelasnya. VGA ini bisa menghasilkan grafis yang tinggi dengan pergerakan mulus. Sangat direkomendasikan untuk editing grafis ataupun bermain game berat. Saya pemakai editing grafis cukup berat, jadi sepertinya VGA ini akan cocok dengan pekerjaan saya.


Saya punya Harddisk eksternal karena memori di laptop sudah penuh. Si Putih memiliki penyimpanan memori HDD sebesar 500GB saja. Sebenarnya cukup, namun untuk waktu enam tahun rasanya kurang. Menyimpan dokumentasi, foto-foto, video, dan file-file besar lainnya. Itulah kenapa saya membeli memori tambahan lagi berupa HDD eksternal.

Hebatnya, ASUS VivoBook 15 A516 punya 2 tipe penyimpanan yaitu HDD sebesar 1TB (atau 1000GB) dan SSD sebesar 256GB. HDD sebesar itu cukup bagi saya untuk menyimpan memori bertahun-tahun lamanya. Sementara adanya SSD bisa mempercepat loading sistem saat bekerja. Menurut saya, dual ROM ini bisa efisien dan bekerja dengan baik.

Selanjutnya untuk urusan multitasking, ASUS VivoBook 15 A516 menyematkan RAM DDR4 sebesar 8GB. Bahkan, 3 kali lipat dari laptop saya sekarang. Sungguh tak terbayang bagaimana cepatnya bekerja multitasking dengan laptop ini! (apalagi tipe RAM sudah memakai DDR4, beda dengan laptop saya yang masih DDR3).



Saya suka si Putih karena desainnya yang cantik. Begitu pula dengan ASUS VivoBook 15 A516. Bedanya dengan si Putih, laptop VivoBook hadir dengan desain yang lebih clean. Saya melihat adanya unsur minimalis pada desain cover belakang layarnya. Ada dua warna yang bisa dipilih, antara Transparent Silver atau Slate Grey. Saya lebih suka silver, ada kesan modern begitu pertama kali memandang.

Si Putih memang bongsor. Beratnya 2 kilogram lebih, dan tebal juga. Kadang saya malas menenteng laptop ini karena bobotnya yang bikin pegal pundak (walaupun begitu saya masih sayang sama laptop ini). Kalau dibandingkan dengan ASUS VivoBook 15 A516, jelas si Putih kalah jauh. Laptop VivoBook ini beratnya cuma 1,8 kilogram dan tebalnya 1,99 cm saja. Enteng dan praktis dibawa kemana-mana, apalagi pindah-pindah mengerjakan skrispi di kampus, kafe atau perpustakaan.


Saya berani bilang, keyboard ternyaman selama saya mencoba berbagai laptop masih dipegang oleh si Putih, alias ASUS X452E. Bahkan laptop di atasnya, masih kalah jauh soal kenyamanan. Keyboard laptop jadul saya ini punya ukuran yang lebar. Sensasi saat ditekan juga nyaman. Saya betah berlama-lama mengetik dengan laptop ini.

Namun setelah saya cari tahu tentang keyboard ASUS VivoBook 15 A516, sepertinya si Putih punya saingan berat. Keyboard laptop Vivobook ini full-size, dengan dilengkapi backlit di balik setiap tombolnya. Dapat berpendar warna terang saat mengetik di kondisi gelap. Tombolnya juga punya key-travel sebesar 1,4mm. Bisa terbayang empuk dan enak saat tombol ditekan.

Saya juga kagum dengan teknologi fingerprint sensor yang ada di touchpad laptop. Seumur-umur saya belum pernah mencoba fitur ini. Terkesan sangat canggih. Dengan fitur ini, kita tidak perlu repot-repot mengetik password, cukup dengan sidik jari saja. Maafkan saya si Putih, namun ASUS VivoBook 15 A516 jauh lebih modern dan canggih daripada kamu.



Lama berkutat dengan si Putih, saya baru tahu tentang perkembangan USB. Si Putih punya beberapa konektivitas, salah satunya USB 2.0 dan USB 3.0. Dari ASUS VivoBook 15 A516, saya jadi tahu kalau sekarang sudah ada USB 3.2 yang tersemat di laptop ini. Katanya, USB 3.2 jauh lebih cepat dalam hal transfer dan juga lebih aman dari pendahulunya. Ada juga port USB Type-C, USB Type-A, HDMI, dan juga combo audio jack untuk urusan konektivitas-nya.


Saya punya mimpi sederhana : ingin membahagiakan Ibu dan Adik. Terdengar klise, namun memang seperti itulah yang ingin saya capai sekarang. Entah saya harus banting tulang lebih keras, atau lebih banyak keringat bercucuran, tetap akan saya lakukan dengan senang hati. 

Saya pun punya satu mimpi yang masih saya usahakan dengan menabung : laptop baru. Saya senyum-senyum sendiri sambil membayangkan rasanya punya laptop secanggih ASUS VivoBook 15 A516. Laptop yang mengerti kebutuhan saya. Laptop modern dengan spesifikasi yang tinggi dengan layar lebar yang menawan. Saya punya mimpi punya sebuah laptop yang menunjang keseharian saya, dan ASUS VivoBook 15 A515 adalah jawabannya.

“Komputer masa kini memiliki tampilan berbeda karena mereka memang berbeda. Dengan solid-state drive (SSD) dan teknologi terkini, Anda mendapatkan kecepatan, keamanan, ketahanan, dan desain yang cantik. Kami telah melakukan jajak pendapat, dan hasilnya, orang-orang lebih senang saat bepergian dengan PC modern.”

“Nikmati semua manfaat dengan PC yang lengkap – PC sudah termasuk Office Home & Student 2019. Aplikasi Office versi lengkap (Word, Excel dan PowerPoint) memberikan semua fungsi yang dibutuhkan dan diharapkan oleh penggunanya. Penggunaan aplikasi Office seumur hidup dapat memastikan Anda untuk selalu memiliki akses ke fitur yang Anda kenal dan sukai. Dilengkapi dengan 100% aplikasi Office asli, software juga akan terus mendapatkan pembaruan keamanan yang rutin untuk melindungi perangkat, program dan data Anda.”

“Laptop dengan prosesor Intel® Core™ 10th Gen series ke atas didesain untuk performa dan mobilitas. Dengan efisiensi yang tinggi serta dimensi thin and light, laptop menawarkan peningkatan performa dan produktivitas untuk penggunanya. Konektivitas WiFi generasi terbaru juga memungkinkan transfer data 3x lebih cepat dibanding generasi sebelumnya.”


Berikut saya sertakan tabel spesifikasi ASUS VivoBook 15 A516 :


Share:

Posting Komentar

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes