Sarapan Gudeg Yu Djum, wanginya nagih!


Sumber foto : https://ningjogja.com/

Sarapan emang paling nikmat jika menunya masakan rumahan ya teman-teman? Nah, kali ini saya mau cerita tentang menu sarapan yang wajib kalian santap ketika di Jogja.

Semangat memulai pagi di Yogyakarta dengan menikmati kegurihan gudeg sebagai menu sarapan. Kali ini di jalan Wijilan yang letaknya tak jauh dari kawasan Keraton Yogyakarta.

Pintu masuknya berbentuk gerbang putih tinggi yang masih kokoh peninggalan kerajaan Mataram. Ah, rasanya seperti membuka kembali pelajaran sejarah.

Jalan Wijilan mulai ramai oleh penjual gudeg sejak tahun 1942. Sampai sekarang jalan ini ramai oleh kedai gudeg mulai pagi sampai malam. Bahkan ada yang buka 24 jam. Dari kawasan Keraton Yogyakarta bisa jalan kaki atau naik becak.

Tarif becak biasa dikisaran harga Rp 10.000 - Rp 15.000 dari kawasan Malioboro, Tugu, dan sekitarnya. Mulai jam 6 pagi para penjual gudeg berjejer di sepanjang jalan.

Ada yang lesehan ada juga yang model kedai dengan kursi dan meja. Susah–susah gampang memang memilih gudeg mana yang bakal cocok di lidah.

Salah satu gudeg yang terkenal yang ada di jalan Wijilan ini adalah Gudeg Yu Jum. Nama Yu Djum berasal dari Djuwariah.

Yu Djum mulai membuka kedainya di jalan Wijilan sejak 1950. Sampai sekarang Yu Djum yang sudah berusia lebih dari 87 tahun ini memasak sendiri gudeg jualannya.

Jenis gudegnya adalah gudeg kering. Salah satu rahasia kegurihan gudeg Yu Djum adalah gudegnya dimasak di kompor model lama yang apinya dari kayu bakar.

Sama dengan gudeg lainnya, Gudeg Yu Djum disajikan dengan krecek pedas, ayam dan telor bumbu gudeg, termasuk tahu dan tempe bacem.

Gudeg Yu Djum disajikan diatas daun pisang. Harumnya sangat khas gudeg, gurih yang berasal dari santan ditambah aroma gula merah.

Saat saya mencicipinya entah bagaimana manisnya memang pas. Manisnya cocok di lidah saya. Ditambah ayam kampung dan telornya yang kuat dengan rasa bumbunya yang meresap.

Kreceknya bertekstur kering seperti gudegnya. Sedikit pedas dan santannya juga tidak kental terasa dimulut. Kalau mau lebih pedas, cabe rawit rebusnya menambah cita rasa pedasnya.

Gimana, kamu tertarik mencobanya?

Share:

Posting Komentar

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes