Cerita Jalan-Jalan ke Candi Gedong Songo di Era Adaptasi Kebiasaan Baru


Hampir lima bulan, semua aktivitas saya dilakuin di rumah termasuk wfh (work from home) selama pandemi. Bahkan beberapa event dan project yang saya handle, harus direlakan untuk batal semua. Stres? Banget bro! Uang tabungan semakin hari menipis, pun uang untuk kebutuhan lainnya. Tapi di balik semua ini, selalu ada hikmah yang bisa kita ambil.

Salah satunya yang paling berasa, selama di rumah aja, saya ngerasa jauh lebih dekat dengan Ibu dan Adik saya. Mungkin karena frekuensi ketemu lebih banyak, kami ngerasa jauh lebih dekat satu sama lain. Maklum, sebelumnya pun saya sering ke luar kota untuk kerjaan, jadi hubungan saya dengan mereka nggak terlalu dekat.

Selain itu, di masa pandemi ini kita dituntut untuk jadi pribadi yang mandiri dan kreatif. Jadi ceritanya saya dan Ibu saya mulai usaha kecil-kecilan dengan jualan keripik peyek. Untungnya cukup buat makan sehari-hari dan kebutuhan lain. Alhamdulillah.

Minggu lalu, ceritanya saya dan sahabat saya punya rencana buat jalan-jalan. Sekadar refreshing dari penat dan jenuh karena di rumah saja. Pilihan jatuh ke destinasi wisata Kabupaten Semarang, namanya Candi Gedong Songo. Kabupaten Semarang terkenal dengan hawanya yang dingin dan sejuk, dan itulah yang ingin saya cari : kesejukan buat mengatasi kepenatan ini. Menempuh perjalanan sekitar satu jam dari Boyolali, saya sampai dengan selamat di Candi Gedong Songo.

----


PROTOKOL KESEHATAN KETAT!
Mungkin sebagian dari kamu bakal bertanya, loh emang sekarang destinasi wisata udah mulai dibuka ya? Bukannya masih pandemi gini ya? Sebagai informasi, beberapa destinasi wisata (sampai tulisan ini dibuat udah ada 31 destinasi wisata) sudah memperoleh Rekomendasi Ujicoba Operasional di Era Adaptasi Kebiasaan Baru. Salah satunya Candi Gedong Songo. Untuk melihat daftar lengkapnya, bisa kalian cek di sini


Tapi perlu diingat, dengan dibukanya destinasi wisata ini bukan berarti kita sebagai pengunjung bisa bebas seperti dulu ya, tetap ada perbedaannya. Di era Adaptasi Kebiasaan Baru atau sebut saja New Normal, kita diwajibkan mengikuti protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.

Candi Gedong Songo udah masuk kawasan wajib masker
Beberapa banner tentang edukasi protokol kesehatan selama di destinasi wisata
Jadi, selama kita sebagai pengunjung mematuhi dan disiplin terhadap peraturan itu, itu berarti kita udah menghargai diri sendiri dan orang lain. Kalo sama-sama patuh, jalan-jalan jadi lebih enak kan? Toh bisa sama-sama aman dan nyaman.

Sebelum baca lebih jauh, saya mau kasih beberapa tips selama jalan-jalan ke Candi Gedong Songo ini :
    - Wajib mengenakan masker, kalau bisa bawa double untuk cadangan
    - Jangan maksa untuk jalan-jalan, kalau kondisi badan sedang tidak enak
    - Selalu cuci tangan dengan sabun, kalau bisa bawa hand sanitizer di tas
    - Jaga jarak dan social distancing dengan pengunjung lain 
    - Kalau semua sudah disiapkan, tetap happy dan enjoy jalan-jalan!

Tempat cuci tangan di area pintu masuk. Kerannya banyak!
Saya sedang mencuci tangan dengan sabun. Sampai bersih ya!
Patuhi protokol kesehatannya yah selama di sini
Sebelum masuk area Candi Gedong Songo, saya diwajibkan untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Disediakan tempat cuci tangan yang panjang sekali, lengkap dengan keran dan sabun berjajar. Setelah itu saya dicek suhu tubuh dengan termometer tembak. Petugas keamanan menunjukkan berapa suhu tubuh saya dan berapa batas maksimal untuk bisa masuk (37,5 derajat celcius).

Sampai proses ini, saya merasakan kalo petugas keamanan di sini menjalankan tugasnya (protokol kesehatan) dengan sangat kooperatif dan tegas. Memang dibutuhkan orang-orang seperti ini biar nggak ada pengunjung yang bandel, hihi.


BELI TIKET DULU
Setelah proses pemeriksaan kesehatan, saya diarahkan menuju loket tiket masuk. Menariknya, ternyata di area pembelian tiket pun ada penerapan protokol kesehatannya. Dimulai dari petugas loket yang mengenakan masker, face shield dan sarung tangan karet, sampai antrian dengan marka kuning, yang tujuannya buat menjaga jarak dari pengunjung satu dengan lainnya. 

Sabar antri ya, tetap jaga jarak dengan pengunjung lainnya
Tiket masuk terdapat bacrode yang digunakan untuk scan saat masuk
Tidak sampai 10 menit, saya udah masuk ke area Candi Gedong Songo. Mulai dari proses cuci tangan sampai pembelian tiket, semua berjalan lancar dan gampang. Petugas di sini ramah-ramah, selalu pasang senyum sumringah menyambut pengunjung. Berkah terus ya Pak untuk kerjanya!

Harga tiket dibanderol 8 ribu rupiah. Saya datang saat weekday tepatnya hari kamis. Saya saranin datang hari weekday ya teman-teman (senin sampai jumat) untuk menghindari keramaian. Satu yang cukup menarik adalah, untuk masuk kita harus men-scan tiket yang ada barcode-nya. Tiga tahun lalu saya pernah ke sini, belum ada mesin canggih seperti ini. Good job!


MARI MULAI EXPLORE!
Sebagai informasi, Gedong Songo sendiri berasal dari Bahasa Jawa, yang artinya gedong memiliki arti bangunan atau rumah, sedangkan songo berarti sembilan. Jadi artinya, Candi Gedong Songo ini memiliki arti candi yang berjumlah sembilan. Namun karena suatu kondisi tertentu, hanya ada 5 candi yang bisa kita lihat.


Area Candi Gedong Songo berada di kaki Gunung Ungaran, yaitu pada ketinggian 1.200 mdpl. Itulah kenapa, suhu di sini sangat sejuk dan dingin. Berkisar antara 19 sampai 27 derajat celcius. Bahkan, di beberapa spot akan ada kabut yang cukup tebal. Buat kamu yang tidak tahan dingin, wajib pakai jaket tebal ya. Karena saya udah kebal dengan dingin, jadi cukup pakai kaos saja, hehe.

Foto dulu sebelum masuk~
Seperti yang udah saya bilang sebelumnya, saya pernah datang ke Candi Gedong Songo pada tahun 2017. Untuk tanggal dan bulannya sudah lupa, namun saya masih ingat kalau dulu belum sebagus seperti sekarang ini. Sepanjang mata memandang, saya melihat lingkungan yang bersih ; kondisi jalan yang sering dibersihkan, pembenahan pagar dan tembok lebih bagus, ornamen dan tanaman-tanaman yang terawat baik. Varian tanaman hiasnya jauh lebih banyak sekarang!

Sebagai orang yang hobi tanaman, jalan-jalan ke Candi Gedong Songo ini semacam cuci mata bagi saya karena banyak tanaman hias yang cantik. Ada beberapa tanaman yang hanya bisa tumbuh di dataran tinggi saja. Ingin rasanya bawa pulang, tapi langsung geleng-geleng karena itu perbuatan nggak bagus. hehe. Cukup dinikmati saja.

Wajib antri ya teman-teman, nggak usah terburu-buru
Spot foto menarik buat kebutuhan konten medsos :p
Cuaca saat saya datang tidak terlalu cerah, sedikit mendung namun tidak sampai hujan. Syahdu sekali, sensasi cuaca dingin bercampur dengan angin sepoi-sepoi, dengan langit yang menggelap. Untung saja cuaca ini bertahan cuma satu jam saja, sisanya langit menjadi cerah dan matahari mulai muncul.

Sebagai informasi, saya dan teman saya datang berangkat pukul 8 pagi dan sampai lokasi Candi Gedong Songo pukul 9 pagi hari. Sesuai pengalaman, saya saranin ke kalian untuk datang pagi-pagi sekali karena rute dari candi ke candi membutuhkan waktu yang terbilang lama. Oh iya, selama masa New Normal ini, jam operasional Candi Gedong Songo berubah menjadi pukul 08.00 sampai 16.00 WIB. Pastikan jangan datang terlalu siang, karena bakal rugi!

Ada fasilitas taman bermain, ada pula papan informasi yang membantu
Ada penginapan unik, lumayan bisa untuk spot foto-foto
Selama perjalanan menuju candi pertama, saya melihat ada taman bermain anak-anak yang cukup mengasyikkan. Ada beberapa anak kecil sedang asyik bermain ayunan dan plosotan. Di dekat sini juga ada fasilitas lain seperti toilet dan mushola. Cukup terbilang bersih dan nyaman.

Jajanan kecil untuk mengganjal perut
Terdapat gazebo luas dengan model joglo, bisa untuk istirahat sejenak
Melangkah lagi sekitar 50 meter, terdapat toko-toko jajanan kecil untuk mengganjal perut. Saya membeli roti basah dan dua botol mineral sebagai bekal perjalanan. Saya saranin juga buat kalian bawa bekal (atau beli di sini) karena percayalah, kalian akan merasakan kehausan ketika berada di atas sana, hehe. Di dekat area toko, terdapat gazebo luas untuk beristirahat sejenak. Ada colokan listrik, cocok buat charge smartphone sebelum dipakai poto-poto, hihi.

Sebenarnya, di Candi Gedong Songo ini menyediakan fasilitas naik kuda dari candi satu ke candi lainnya. Harganya pun terbilang affordable (sekitar 100 ribuan per kuda). Saya memilih jalan kaki, karena selain sensasinya yang seru, juga karena lebih ngirit, hehe.


CANDI GEDONG PERTAMA

Semangat jalannya ya!
Dengan jarak kurang lebih 100 meter dari pintu masuk, saya melangkah menuju candi pertama. Sepanjang jalan disuguhkan keindahan taman-taman yang terawat baik. Ibu-ibu menggendong tikar hilir mudik, menawarkan jasa sewa tikar. Rute ini terbilang menanjak. Cukup melelahkan, namun tidak begitu terasa karena pemandangan yang indah dan cuaca yang dingin.

Kala itu saya mengenakan sepatu sport running. Buat kamu yang berkunjung, lebih baik dan nyaman memakai sepatu sport karena rute yang menanjak. Jangan pakai sandal, karena bakal capek sendiri. Jangan pula bawa tas dengan isi yang berat, bawa secukupnya aja. Percayalah, ini sama capeknya seperti naik gunung, hehe.

Saya foto dengan candi pertama, untuk keperluan konten
Penampakan candi pertama
Sesampainya di candi pertama, saya langsung terpana dengan keindahannya. Candi ini berupa satu bangunan candi utuh, berbentuk persegi panjang dengan tinggi sekitar 4 sampai 5 meter. Terlihat pahatan relief sulur dan pahatan bunga padma di sekelilingnya. Sebagai informasi, kompleks percandian Gedong Songo adalah bangunan candi Hindu.

Ada perbedaan yang cukup mencolok. Kalau tiga tahun lalu saya ke sini, belum ada pagar yang membatasi candi. Jadi pengunjung bisa leluasa menyentuh. Sekarang, candi dikelilingi pagar dan ada larangan untuk pengunjung masuk. Menurut saya ini bagus sekali, karena situs candi ini adalah cagar budaya, yang harus dilindungi dan dirawat. 


CANDI GEDONG KEDUA

Melintasi hutan dengan pohon menjulang tinggi
Kawasan candi kedua terletak sekitar 500 meter dari Candi pertama dengan jalan yang cukup menanjak. Cukup menempuh waktu yang lama dan tenaga yang terkuras banyak juga. Saya beristirahat sejenak di gazebo di tengah perjalanan. Ada juga banyak warung makan yang menyediakan makanan besar seperti bakso, mie ayam dan sebagainya. Ada pula sate kelinci khas kuliner di sini. Jujur saya tidak tega kalau makan sate kelinci, karena kelinci itu hewan favorit saya hehe.

Sepanjang jalan banyak pohon tinggi yang asri
Ada fasilitas toilet umum yang bersih
Sepanjang perjalanan, saya sendiri senang dan merasa gembira. Karena sepanjang mata memandang, saya melihat hamparan hijau yang menyegarkan mata. Kabut-kabut tipis mulai terlihat dari kawasan daerah sini, ini menandakan saya sudah berada di dataran yang lebih tinggi. Hawanya pun lebih dingin dan menusuk dari sebelumnya.

Di tengah perjalanan, saya menemukan sebuah toilet umum di tengah-tengah hutan. Ada 4 bilik dengan 2 bilik untuk perempuan dan 2 bilik untuk laki-laki. Toilet terbilang bersih dan terawat. 

Penampakan kemegahan Candi Kedua
Candi Kedua dilihat dari Candi Ketiga
Candi Kedua berdiri pada sebuah batur berbentuk bujur sangkar seluas 2,2 m2 dengan tinggi 1 meter. Bagian atas batur membentuk selasar sebesar 0,5m yang mengelilingi candi. Dibanding dengan candi sebelumnya, Candi Kedua ini lebih megah dan agung. Di depan candi ini terdapat sebuah reruntuhan bangunan candi kecil, atau biasa disebut dengan Candi Perwara yang berfungsi seakan sebagai penjaga.


CANDI GEDONG KETIGA

Penampakan Candi Gedong Tiga
Spot foto yang keren di sini!
Berbeda dari sebelumnya, candi gedong ketiga menempuh jarak yang dekat dari candi sebelumnya. Kira-kira hanya 70 meter saja sudah sampai. Candi gedong songo terdapat 3 buah candi terpisah, yang terdapat patung seperti patung Durga, Ganesa, pengawal Dewa Siwa Nandiswara dan Mahakala.

Gedung songo ketiga lebih menanjak dari candi gedong kedua. Dari kawasan gedung songo ketiga saya bisa melihat jelas dari atas penampakan candi kedua dan latar belakang yang cantik.


YUK CUCI TANGAN!
Selama perjalanan sampai candi gedong ketiga, beberapa kali saya berpapasan dengan spot fasilitas tempat cuci tangan. Sesuai protokol kesehatan, saya pun selalu cuci tangan tanpa berpikir dua kali saat melihat tempat cuci tangan. 

Desain cuci tangannya unik sekali
Tempat cuci tangan yang simpel tapi usefull
Sepanjang berjalan, saya menemukan fasilitas cuci tangan ini sekitar 7-8 spot yang tersebar dari awal saya masuk ke area Candi Gedong Songo sampai saya keluar dari tempat wisata ini. Semua tempat cuci tangan menurut saya sudah memadai : air mengalir dengan bersih dan terdapat sabun. Pastikan selalu untuk cuci tangan yang bersih dengan langkah yang benar teman-teman. 


CANDI GEDONG KEEMPAT DAN KELIMA

Jangan lupa abadikan momen dengan berfoto~
Dengan semangat yang masih membara, saya melangkah menuju candi gedong keempat. Jaraknya lumayan jauh, sekitar kurang lebih 500 meter. Rute ini mengitari bukit dengan jalan yang menurun terjal. Saya berjalan dengan pelan-pelan, takut tergelincir atau kepleset. Di daerah ini, lebih banyak pepohonan yang tumbuh rimbun dari sebelumnya.

Di tengah perjalanan, saya mencium aroma yang sedikit asing. Aromanya seperti telur busuk yang menyengat. Semakin lama semakin kuat. Tebakan saya benar : Bau Belerang!

Penampakannya keren banget ya guys~
Terdapat sebuah sumber air panas, yang mengeluarkan asap lumayan tebal dengan bau belerang yang cukup kuat. Sebagai informasi, dengan menyiram atau mandi dengan air hangat yang mengandung belerang ini bisa mengobati penyakit gatal-gatal ataupun penyakit kulit lainnya. Sayang sekali, ketika saya berada di sini, pemandian air panas tersebut sedang ditutup. Tapi tidak masalah, karena saya sudah bisa merasakan uap dari asap belerang, hehe.

Penampakan Candi Gedong Keempat

Penampakan Candi Gedong Kelima
Jarak antara candi gedong keempat dan kelima cukup jauh sekitar 200 meter. Ketika memasuki kawasan ini, tubuh saya sedikit menggigil karena kedinginan. Saat melihat sekitar, ternyata kabut-kabut tebal mulai merayap. Padahal waktu itu saya ingat masih pukul dua siang, namun seperti sore karena kabut yang tebal.

Sayangnya, kompleks candi gedong kelima terlihat beberapa bangunan sudah rusak karena alam, menyisakan satu candi kecil di tempat tersebut. Meski begitu, masih bisa dinikmati keindahannya.


PERJALANAN PULANG
Setelah sampai di lokasi candi terakhir yaitu candi gedong kelima, saya memutuskan untuk pulang. Rute jalan pulang ini sangat seru sekali! Karena rutenya turun dan sepanjang perjalanan melihat banyak pemandangan alam yang masih sangat asri.

Jalan yang berlika-liku
Pose dulu sebelum pulang ke rumah
Ada sawah dengan buah yang segar, dan petani yang tengah bekerja
Sesampainya keluar pintu exit, saya langsung senyum sumringah. Segala kepenatan dan kebosanan yang menumpuk di pikiran, akhirnya sedikit terobati dengan jalan-jalan santai ke Candi Gedong Songo. Menghirup udara segar, memandang hutan dan dekat dengan alam. Rasanya sungguh bahagia, dan sejenak melupakan pandemi ini.

Untuk teman-teman yang ingin berwisata di Candi Gedong Songo, tetap perhatikan dan selalu disiplin dengan protokol kesehatan yang sudah dibuat, agar semua pihak bisa merasakan aman dan nyaman. Kalo nurut, percaya deh liburan jadi lebih asyik! Akhir kata, meskipun pandemi ini merusak segalanya, namun kita harus tetap semangat. SEMANGAT!


Share:

4 komentar :

  1. Candi Gedong Songo sekarang rapi!!
    Aku udah lama banget ke sana. Yang aku inget pas ke sana, rame dan berantakan. Eh sekarang udah rapi, cakep, dan candinya lebih kelihatan.
    Protokol kesehatannya juga dijaga bener-bener yak.
    Tapi, tetep cari aman dateng weekday, seperti saran kamu Ko. Menghindari kerumunan emang perlu di masa pandemi ini.

    BalasHapus
  2. Dari gedong pertama ke gedong kelima keliatan jauh banget ya mas wkwk harus siap stamina sama bekal minum nih. Nice info btw

    BalasHapus
  3. Dulu pas ke sana cuma sampe candi ketiga next harus sampai candi 9 ahhh

    BalasHapus
  4. Makin keren ya Gedongsongo apalagi dengan protokol kesehatannya yang ketat jadi pengunjung lebih nyaman dan aman

    BalasHapus

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes